Apakah Biogas Efektif Diterapkan di Indonesia? - Kisah Mahasiswa Teknik Perminyakan

Breaking

Sabtu, 19 Agustus 2017

Apakah Biogas Efektif Diterapkan di Indonesia?




Biogas, Apakah Efektif Diterapkan di Indonesia?


Latar Belakang

Zaman teknologi berkembang secara pesat pada akhir dekade ini, banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di sektor teknologi, perubahan tersebut beragam mulai dari transportasi, hingga perkembangan teknologi yang mempermudah pekerjaan manusia. Sejatinya memang teknologi diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia, dan mungkin tujuan lain diciptakan adanya teknologi adalah mendekatkan yang jauh. Di sektor energi negeri pun juga mengalami perkembangan yang pesat, contoh saja menurut Tempo[1] “Russia tunggu Indonesia Siap Bangun PLTN” Hal tersebut merupakan suatu contoh perkembangan pemikiran dan perkembangan teknologi. Mengapa demikian? Karena dari zaman dahulu Indonesia kurang meminati sebuah Pembangkit Listrik yang bahan bakarnya adalah Nuklir, karena pemerintah kita zaman dahulu berpikir bahwa Indonesia merasa belum siap memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir karena kurangnya Sumber Daya Manusia, dan tentu segi keamanan karena melihat kejadian yang terjadi di Chernobyl, Ukraina pada tahun 26 April 1986 yang membuat Indonesia merasa sedikit takut untuk memulai sebuah gebrakan baru di bidang energi efisien zaman ini. Namun nampaknya pemerintah masih lebih fokus kepada diversifikasi energi di sektor sumber daya alam lain seperti, panas bumi atau geothermal, wave energy atau tenaga ombak, dan sebagainya. Namun nampaknya pemerintah Indonesia menaruh perhatian khusus terhadap sektor pengembangan di Biogas. Menurut Artikel di EBTKE ESDM[2] dengan judul artikel “Dana Pemerintah Akan Mempercepat Perkembangan Biogas?” yang mana artinya pemerintah peduli terhadap diversifikasi energi di sektor biogas, karena pemerintah memberikan dana lebih untuk pengembangan biogas di Indonesia. Namun apakah biogas dapat menjadi sumber energi yang efisien apabila diterapkan di Indonesia? Jawabannya adalah iya. Mengapa? Karena bila kita menilik Indonesia sebagai negara agraris maka beberapa penduduk Indonesia merupakan petani dan peternak. Menurut data Badan Pusat Statistik[3] Indonesia memiliki lebih dari 12.9 Juta Peternakan yang tersebar di Indonesia yang mana artinya limbah kotoran hasil peternakan sangatlah banyak, dan ini artinya kita dapat mengolah limbah kotoran tersebut menjadi yang lebih berguna selain dapat dijadikan pupuk kandang, limbah kotoran tersebut dapat kita jadikan biogas dan mungkin saja dapat menjadi substituen kayu bakar, ataupun gas konvensional di Indonesia.

Pembahasan

Dengan melihat jumlah penduduk Indonesia yang menempati nomor 4 terbanyak di dunia,  kemudia dengan peternakan yang ada di Indonesia sebanyak lebih dari 12.9 Juta peternakan, dan yang utama adalah perhatian pemerintah dalam pengembangan biogas, Biogas di Indonesia akan bisa lebih berkembang di Indonesia secara baik, dan efisien. Lalu bagaimana pengolahan biogas sendiri agar siap menjadi gas siap pakai dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia? Secara garis besar pengolahan biogas untuk skala kecil adalah hal yang menurut saya cukup mudah, secara garis besar pengolahan biogas ini adalah dengan memfermentasikan kotoran baik kotoran manusia ataupun limbah kotoran peternakan kemudian di beri tambahan zat tertentu agar bisa kadar gas metana yang terkandung dalam kotoran tersebut gas metananya meningkat dan yang mana artinya kita dapat menyalakan api dengan suatu tingkat gas metana tertentu. Lalu bagaimana pembuatan Biogas? Menurut Pemprov Sumbar[4] Pembuatan Biogas skala kecil dengan memanfaatkan limbah peternakan berupa kotoran sapi ada beberapa tahap dan proses yang harus dilakukan. Yang utama dilakukan adalah pembuatan Instalasi Biogas fungsi dari pembuatan instalasi Biogas ini adalah sebagai wadah gas metan yang didapat dari hasil perombakan limbah kotoran sapi tersebut. Untuk pembuatan Instalasi Biogas sendiri tidak memerlukan lahan yang besar hanya sekitar 16m2 , Sebaiknya pembangunan instalasi Biogas sendiri dibandung di samping atau dekat dengan peternakan sapi tersebut agar memudahkan untuk penyaluran limbah kotoran sapi tersebut, dan didalam Instalasi tersebut juga dianjurkan dibangun sebuah penampung lumpur yang mana nantinya kita dapat mengolah kotoran tersebut menjadi pupuk kandang, konsep ini sangat efisien karena kiat selain mendapat gas metan yang siap digunakan kita juga dapat mengolah kotorannya kembali menjadi pupuk kandang. Lalu berikut adalah proses yang dilakukan agar bisa mendapatkan gas metana dari limbah kotoran sapi tersebut:
  1. Pencampuran limbah kotoran sapi dengan air, pencampuran ini menggunakan perbanding 1:1 fungsi dari pencampuran kotoran sapi dengan air adalah agar bentuk kotoran sapi tersebut berbentuk lumpur yang mana akan mempermudah dalam pengolahaan saat di tempat instalasi Biogas.
  2. Pengaliran Lumpur pada tempat instalasi biogas melalui lubang yang telah dibuat saat pembangunan instalasi tersebut. Kemudian keran pada instalasi dibuka agar udara di dalam keluar kemudian isi instalasi tersebut sampai penuh.
  3. Masukkan starter kurang lebih 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan , untuk skala pengisian rumen tergantung dari besar penampungan Instalasi Biogas. Apabila penampungan besarnya 7m2 - 10m2 maka rumen yang dibutuhkan adalah 10 karung. Setelah penampungan instalasi biogas penuh tutup penampungan dan biarkan agar berfermentasi.
  4. Pada hari pertama sampai hari kedelapan sering-seringlah membuka keran Instalasi biogas yang bertujuan untuk membuang gas CO2, karena kita tidak memerlukannya dan mempengaruhi kualitas gas metana kita. Nah pada hari ke-10 sampai ke-14 gas metana mulai terbentuk dan CO2 menurun.
  5. Jangan buka keran pada hari ke-10 sampai ke-14, namun setelah hari ke-14 baru dapat dibuka karena pada hari tersebut gas metana sudah optimal dan dapat disalurkan melalui pipa-pipa ke rumah warga untuk digunakan memasak.
Sejauh ini penggunaan biogas sudah optimal, Menurut Biru (Biogas Rumah)[5] “5 Desa di Indonesia Ini Bukti Nyata Transisi Energi Biogas” desa tersebut ialah Desa Cabbeng Bone di Sulawesi Selatan, Desa Penyabangan di Bali, Desa Medowo di Kediri, Desa Argosari di Malang, dan Desa-Desa di Pasuruan.

Penutupan

Jadi, menurut saya Biogas ini akan sangat efektif sekali apabila diimplementasikan penuh di Indonesia sebagai substituen kayu bakar dan minyak tanah, karena mengingat beberapa penduduk Indonesia masih menggunakan kayu bakar dan minyak tanah di beberapa desa. Dan dengan melakukan hal ini tentunya kita sudah mendukung gerakan pemerintah dalam hal diversifikasi energi. Dan dengan dipaparkannya desa-desa yang telah berhasil melakukan transisi energi ke Biogas adalah contoh bukti nyata kemandirian sebuah desa dalam pengelolaan energi, yang mana kita harapkan kelima desa ini dapat menjadi contoh bagi desa-desa yang lain agar menjadi desa yang mandiri di bidang energi dan meninggalkan sumber energi yang tidak dapat diperbarui. Salam Energi!

Untuk kalian yang memiliki rasa keinginintahuan yang tinggi mengenai Sumber Energi dan Mineral di Indonesia. Kalian bisa cek post-post di https://www.esdm.go.id di web resmi kementrian ESDM kalian akan menemukan informasi menarik, tulisan ilmiah, dan berita terkini mengenai sumber energi dan mineral di Indonesia. Kuy cek esdm.go.id

Referensi

[1] Tempo : https://m.tempo.co/read/news/2016/08/31/090800618/rusia-tunggu-indonesia-siap-bangun-pltn
Diakses Pada: 17 Agustus 2017, Pukul 20.00 WIB

[2] EBTKE ESDM : http://ebtke.esdm.go.id/post/2016/10/13/1380/dana.pemerintah.akan.mempercepat.perkembangan.program.biogas
Diakses Pada : 17 Agustus 2017, Pukul 22.17 WIB

[3] Badan Pusat Statistik : https://st2013.bps.go.id/dev2/index.php/site/topik?kid=5&kategori=Peternakan
Diakses Pada : 18 Agustus 2017, Pukul 08.15 WIB

[4] Pemprov Sumatera Barat : http://www.sumbarprov.go.id/details/news/6643
Diakses Pada : 18 Agustus 2017, Pukul 10.22 WIB

[5] Biru (Biogas Rumah) : http://www.biru.or.id/index.php/news/2017/01/01/264/5-desa-di-indonesia-ini-bukti-nyata-transisi-energi-biogas.html
Diakses Pada : 18 Agustus 2017, Pukul 11.19 WIB

[6] Ilustrasi Gambar Cover : http://growbioenergy.com/wp-content/uploads/2016/05/biogas-pl.jpg
Diakses Pada : 18 Agustus 2017, Pukul 13.11 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar