Kelebihan dan Kekurangan Pembangunan PLTS di Seluruh Desa Indonesia
Latar Belakang
Kemarin kita telah berbicara tentang apa itu Pembangkit
Listrik Tenaga Surya atau yang sering disebut dengan Solar Cell. Tempo hari kita telah membahas secara sistematis dari
pembentukan suatu pembangkit listrik tenaga surya, dimulai dari pembahasan secara
umum mengenai apa itu tentang sumber energi surya atau matahari, kemudian
berapa jarak bumi dengan matahari, output
tenaga dari sumber matahari, mekanisme pemanfaatan sumber energi matahari,
mekanisme pembuatan pembangkit listrik tenaga surya, penjelasan solar cell panel atau panel sel surya
yang cocok digunakan oleh sebuah perusahaan listrik di suatu negara untuk
membangun sebuah instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang mana panel
surya itu tidak boleh sembarangan dalam hal pemilihan karena akan berefek pada output energy yang dihasilkan oleh sinar
matahari dan apabila kita salah dalam memilih suatu panel surya yang andai kata
akan ditempatkan di suatu gurun pasir dengan suhu yang extreme namun panel
suryanya berbentuk Parabola Concentrator yang mana kurang tahan terhadap panas,
maka secara tanpa kita sadari lama kelamaan ketahanan dari solar cell panel atau panel sel surya tersebut durability atau daya tahannya akan berkurang dan apabila suhunya
makin extreme bisa saja kaca pemantul sinar akan panas karena saking tidak
kuatnya menahan panas yang di pancarkan oleh matahari di gurun tersebut.
Menurut Simorangkir, Eduardo[1] yang dimuat dalam berita Detik
dengan judul “Mengintip Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terbesar di
RI” Menurut opini pribadi saya program Pembangkit Listrik Tenaga Surya di
Indonesia sudah diterapkan sangat baik apalagi program presiden RI Bapak Joko Widodo
mengenai program Nawa-Cita dengan program pemasangan LTSHE di desa 3T, dan
untuk skala besarnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia contohnya
adalah PLTS Oelpuah, plts tersebut berlokasi di Desa Oelpuah, NTT. Mengapa bisa
dikatakan baik? Karena menurut saya dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya ini merupakan sebuah baby step
atau langkah kecil yang ditempuh oleh Indonesia untuk menciptakan sumber energi
baru dan terbarukan yang sangat efisien mengingat dengan output energi yang dikeluarkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Surya sendiri. Namun apabila kita telisik
kembali apa kekurangan dan kelebihan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya
sepertinya sangat hangat dan tentu menarik apabila kita bahas secara mendalam.
Pembahasan
Mari
kita membahas secara umum apa saja kelebihan dan kekurangan dari Pembangkit
Listrik Tenaga Surya sendiri tanpa melihat keadaan lingkungan dan kondisi, jadi
yang pertama mari kita bahas mengenai kelebihannya secara umum, kelebihan dari
Pembangkit Listrik Tenaga Surya sendiri menurut saya sangat banyak dimulai dari
Output energinya yang berkisar di
angka 5-10 Mw dengan kapasitas skala kecil dan dengan construction cost yang nampaknya masih terbilang terjangkau apabila
kita menyandingkan pembangkit listrik surya kita kepada negara lain seperti
yang ada di Kawasaki di Jepang, Tamil Nadu di India, ataupun yang ada di Topaz
Solar Farm di Amerika Serikat. Kemudian setelah kita membahas output energy yang dihasilkan mari kita
berbicara efisiensi pembangkit listrik surya menurut opini saya, pembangkit ini
tidak terlalu rumit dalam instalasi namun yang harus diperhatikan adalah saat
pengolahan solar cell di generator di
dalam generator merupakan fase terumit dalam pengolahan karena kita harus
mengubah bentuk sumber panas pancaran matahari menjadi sebuah energi listrik.
Kemudian kita menuju ke kekurangan apa yang dimiliki PLTS, yang pertama adalah
biaya investasi pembangunan untuk sebuah Pembangkit Listrik Surya yang bisa
mencapai kurang lebih 100 Juta USD, lalu mengapa bisa mahal? Yang pertama
adalah pengadaan tempat, tempat yang akan ditempati instalasi tersebut harus
lah tempat yang lapang dan agak jauh dari sektor pemukiman warga ataupun pabrik
industri lain karena dikhawatirkan akan mengganggu kinerja PLTS, setelah
masalah lokasi pembangunan kemudian yang membuat mahal dari Instalasi PLTS
adalah Kemudian di sektor kriteria
pemilihan panel sel surya yang tepat dan dalam PLTS menerapkan konsep
fotovoltaik menggunakan panel surya yang cenderung banyak sehingga cost production banyak dibutuhkan.
Kemudian biaya perawatan panel surya yang cenderung mahal sekitar 25000 USD per
minggu. Kembali ke pokok bahasan apakah cocok solar cell energy dapat
diimplementasikan secara sepenuhnya di seluruh desa di Indonesia seperti yang
ada di Desa Oelpuah? Nampaknya tidak mengapa tidak? Karena karakteristik
temperatur tiap desa berbeda-beda karena apabila curah hujan di suatu desa maka
Instalasi Solar Cell tersebut tak
akan berjalan maksimal, kemudian nampaknya kita masih mempunyai sumber energi
baru dan terbarukan yang lain seperti geothermal
atau panas bumi, kemudian wave energy
atau energi ombak laut sektor ini merupakan sektor yang sangat kuat di
Indonesia karena mengingat Indonesia memiliki lautan yang sangat luas yaitu
duapertiga Indonesia adalah lautan, kemudian angin Menurut Lipi[2]
Kecepatan Angin di Indonesia hanya 5.9 Meter / Detik memang angka ini merupakan
angka yang cukup kurang baik untuk pembangunan sebuah pembangkit listrik tenaga
angin namun apa salahnya kita memanfaatkannya dalam skala kecil, kemudian
masalah lain apabila kita menerapkan solar
cell energy di seluruh desa di Indonesia adalah masalah kemanan, mengingat
panel surya sangat ringan untuk dibawa dan pencopotannya sangat mudah maka
nampaknya panel surya tersebut akan mudah dicuri oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab, jadi nampaknya hal tersebut tak cocok apabila akan
diimplementasikan sepenuhnya di seluruh desa di Indonesia.
Penutup
Apabila melihat kelebihan dan kekurangan dari pembuatan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya nampaknya sumber energi ini tak cocok untuk
diimplementasikan secara sepenuhnya di Indonesia, Karena mengingat kita
membutuhkan lokasi luas, panel surya yang cenderung mahal, perawatan dan
perawatan yang cukup mahal dan rumit. Walaupun pembangkit listrik surya yang
akan kita bangun itu hanyalah skala kecil untuk kebutuhan listrik desa-desa nampaknya
agak sedikit kurang cocok karena panel surya mudah dicuri, kemudian butuh
sebuah perawatan yang baik agar energy
output yang dikeluarkan maksimal. Dan menurut opini pribadi saya bagi desa
yang mungkin memiliki sebuah aliran arus air yang cukup deras lebih baik
memanfaatkannya dengan Hydropower
ketimbang Solar Cell Energy atau
apabila tidak memiliki aliran arus air yang kencang desa tersebut bisa
menggunakan sumber energi baru dan terbarukan bisa menggunakan biogas,
biomassa, ataupun energi sampah karena ketiga hal tersebut sumbernya sangat
mudah digunakan dan instalasinya tergolong cukup mudah, namun desa tidak bisa
berjalan begitu saja tanpa adanya bantuan pemerintah sehingga, maka peran
pemerintah sangatlah berarti diharapkan pemerintah dapat mengerti keadaan di
desa-desa terpelosok negeri ini terkait masalah energi, agar Indonesia ini
menjadi negara yang sejahtera, dan dapat menjadi negara yang menjadi pelopor Green Energy di Asia Tenggara.
Untuk kalian yang memiliki rasa keinginintahuan yang tinggi mengenai Sumber Energi dan Mineral di Indonesia. Kalian bisa cek post-post di https://www.esdm.go.id di web resmi kementrian ESDM kalian akan menemukan informasi menarik, tulisan ilmiah, dan berita terkini mengenai sumber energi dan mineral di Indonesia. Kuy cek esdm.go.id
Referensi
[1] Simorangkir, Eduardo. 2016. “Mengintip Pembangkit
Listrik Surya terbesar di RI” : https://finance.detik.com/energi/3351258/mengintip-pembangkit-listrik-tenaga-surya-terbesar-di-ri
Diakses Pada : 22 Agustus 2017, Pukul 15.00 WIB
[2] Energi LIPI. 2007. “Pengembangan Energi Angin
Memungkinkan” : http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1177294977
Diakses Pada : 22 Agustus 2017, Pukul 17.00 WIB
[3] Ilustrasi Gambar Cover : http://sc01.alicdn.com/kf/HTB19BxrKVXXXXaLXpXXq6xXFXXXn/Panel-Surya.jpg
Diakses Pada : 22 Agustus 2017, Pukul 17.15 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar